Monday

#ReadbyDis : 50 to 20: Pesan dari Paruh Perjalanan (2025)


Hi, Insight Seekers!

Panggilan untuk penggemar buku Filosofi Teras, di #ReadbyDis kali ini, gue akan bahas buku terbaru dari Henry Mampiring, yaitu 50 to 20: Pesan dari Paruh Perjalanan. Sebuah konsep storytelling yang menarik, seperti membaca kumpulan surat dari Om Piring di usia 50 kepada sosoknya di usia yang lebih muda, di usia 20-an. Untuk gue yang saat ini berada di usia akhir 20-an, rasanya seperti sedang duduk santai dan ngobrol-ngobrol bersama ayah sendiri. Walau buku ini merangkum berbagai pelajaran hidup, tapi Om Piring berhasil mengemasnya tanpa sedikit pun kesan menggurui. Dilengkapi dengan banyak jokes bapack-bapack khas Om Piring, yang membuat buku ini menjadi terasa ringan dan menyenangkan untuk dibaca dalam satu akhir pekan.

Topik seputar kehidupan orang dewasa seperti karir, finansial, spiritualitas, kesehatan, serta yang paling menarik tentunya,  relationship. Beberapa bab yang membahas tentang relationship dengan orang tua cukup membuat gue sedikit berlinang, sih. Salah satu yang paling menarik adalah, tips menghadapi orang-orang yang menyebalkan, atau membuat diri kita menjadi orang yang tidak (terlalu) menyebalkan. Tapi kalau gue boleh memilih "surat" favorite gue, itu akan tentang karir & keraguan-keraguan, yang tentunya, menjadi salah satu hal yang gue sangat perhatikan di usia 20-an. 

Insight

"Kalau mau diteruskan, masih banyak privilese kamu yang bisa saya tuliskan di sini. Daftar pendek di atas seharusnya sudah cukup untuk menyakinkan kamu bahwa sesugguhnya kamu terlahir dengan privilese. Jadi, kurangilah mengeluh karena melihat previlese orang lain, dan mulai melakukan privilese diri sendiri. Saya merasa, hampir semua orang memiliki sesuatu yang bisa membuat iri orang lain. Semua orang memiliki privilese di mata orang lain."

Gue memulai insight ini dengan mengambil poin penting tentang menyadari bahwa kita semua memiliki privilese, namun terkadang tertutupi dengan privilese yang dimiliki orang lain. Mungkin kalian gak asing dengan kata-kata gratitude journal, dan percayalah, it works. Banyak hal-hal kecil yang selama ini dianggap biasa, ternyata adalah hal yang mungkin besar di mata orang lain. Salah satu contoh kecil adalah, memiliki kamar tidur sendiri di usia 20-an. Gue awalnya merasa itu adalah hal yang biasa -- bisa mendekor kamar sesuai dengan selera gue, bisa menghabiskan banyak waktu di dalam kamar, dari bekerja WFH tanpa ada gangguan sampai bisa tertawa cekikan tengah malam karena adegan gemas di film romcom favorite, atau teriak heboh sendiri karena sedang menonton pertandingan badminton. Ternyata, itu adalah privilese yang gak semua orang punya. Banyak teman gue yang belum memiliki kamar pribadi di usia 20-an.

"Dalam menilai sikap dan perilaku orangtua, kita harus selalu memikirkan motivasi. Seberapa tidak setujunya kita dengan perkataan dan tindakan mereka, kita harus selalu memikirkan motivasi di belakangnya. Memahami motivasi tidak serta-merta membenarkan apa yang mereka lakukan, tetapi terkadang membuat kita sadar bahwa mereka mungkin memiliki maksud yang baik. Hanya cara mewujudkan maksud baik tersebut berbeda dari apa yang kita pikir baik untuk kita. Mengerti ini bisa sedikit meredakan kekesalan atau kemarahan kita kepada orang tua. Saya menyadari bahwa Papi overprotektif karena ingin melindungi kamu dan kakak-kakakmu. Orang yang berbeda melihat dunia dengan sudut pandang yang berbeda-beda juga. Bagi Papi dunia luat penuh risiko dan ancaman, dan dia ingin anak-anaknya terhindar dari itu semua. Sebisa mungkin. Bahkan, walaupun caranya bisa membesarkan manusia-manusia yang tidak berani hidup."

"Kamu tidak bisa mengenyahkan sama sekali berbagai rasa takut dan skenario kecemasan yang ditulis benakmu, tetapi kamu bisa hidup bersama rasa takut dengan lebih baik. Jika rasa takut tidak bisa diusir karena telah bertahun-tahun tumbuh bersamamu, mengapa tidak belajar rukun sebagai penghuni rumah yang sama? Hidup bersama rasa takut adalah hal paling rasional untuk dilakukan. Terima kehadirannya, tetapi pada saat yang sama menolak untuk dipimpinnya."

Ini salah satu bab favorite gue, tentang hidup dengan rasa takut, yang dikaitkan dengan pola asuh orang tua di masa kecil. Topik tentang pola asuh ini memang gak ada habisnya, gue bahas juga di review buku Merawat Luka Batin tentang  menyadari masalah di masa sekarang yang berakar dari pola asuh orang tua. Dan apa yang disampaikan Om Piring menjadi contoh nyata, bahwa masalah disini bukan hanya diakibatkan dari  orang tua yang tidak peduli, atau yang kasar, atau hal-hal yang sifatnya kekerasan. Ada juga pola asuh yang sebenarnya baik, dan pasti dilakukan oleh orang tua yang sangat menyangi anaknya, yakni 'terlalu melindungi', anaknya  hingga membuat anak tersebut tumbuh menjadi orang yang tidak berani hidup. Itu cukup terjadi juga di gue, dan cukup beruntung gue cukup cepat menyadari hal tersebut dan bisa melakukan apa yang dilakukan Om Piring dalam poin ini, yakni menerima rasa takut, tetapi menolak untuk dipimpin oleh rasa takut tersebut. 

"Kamu harus selalu menjadi tuan atas kariermu, jangan sebaliknya. Karier harus diperlakukan seperti anjing atau kuda piaraan. Mereka menurutimu, bukan kamu yang menuruti anjing atau kudamu. Menjadi tuan atas kariermu artinya kariermu mengikuti pilihan-pilihan hidupmu. Hidupmu jauh lebih penting daripada karier. Karier/pekerjaan penting, tetapi ia hanyalah subset (bagian) dari keseluruhan identitas dan hidupmu."

"Kejarlah uang dengan waktumu. Namun, selalu sisakan sedikit waktu untuk hal-hal yang tidak berhubungan dengan uang. Sediakan waktu untuk bertemu dan menanyakan kabar teman lama. Untuk menemani orangtua. Untuk mendengarkan celotehan anak seberapa pun konyolnya. Untuk membaca hal-hal baru. Untuk mencintai dirimu sendiri. Karena akan ada saatnya seluruh uang di bumi tidak bisa membawa itu semua kembali."

Poin karir dan uang akan gue gabungkan dalam satu pembahasan. Bisa dibilang, 2 hal ini adalah sumber 'pikiran' terbesar orang-orang di usia 20-an. Ada yang bingung menentukan karir, ada yang terlalu mengejar karir hingga tidak punya waktu untuk hal lain, hingga ada juga yang terlalu melekat dengan karir nya dan merasa 'hidup untuk bekerja'. Sangat penting untuk kita menyadari kita adalah tuan dari pekerjaan kita, kita harus tahu kapan harus berhenti dan harus bisa 'keluar' dari pekerjaan tersebut jika memang sudah tidak sesuai dengan pilihan hidup kita saat itu.  Poin uang dan waktu ini juga berhasil 'menyentil' gue, yang pernah bekerja 7 hari seminggu untuk mengejar ini dan itu, hingga akhirnya merasa harus berhenti karena memikirkan kurangnya waktu yang gue berikan untuk keluarga. 

"Mereka yang tidak ngehek dan tidak menyebalkan akan lebih mudah untuk ditemani, diajak kerja sama, diberi proyek, sampai mungkin ditawari jadi capres. Mungkin mereka bukan orang yang paling pandai, paling kuat, atau paling cantik, tetapi mereka juga tidak memberi alasan untuk ditolak dan dijauhi. Dan, dalam hidup, terkadang ini saja sudah sangat membantu. Jadi, silakan kamu menambah ilmu, banyak membaca, memperkaya pengalaman, atau membentyk otot dada dan biseps yang tebal. Namu, jangan lupa lebih sadar diri. Bagaimana agar kamu tidak (terlau) menyebalkan bagi orang lain."

Poin ini menarik, sih. Kayak menyadarkan gue kalau iya juga ya, gak perlu jadi yang paling kocak, paling perhatian, atau paling kaya, untuk menjadi orang yang memiliki banyak teman. Terkadang kita mengajak seseorang bekerja sama, atau mau berteman dengan orang tersebut , ya sesimple karena orangnya  gak resek aja :) Ada juga orang yang paling smart, atau yang paling memiliki segala resources yang diperlukan, yang tidak dipilih dalam suatu kerja kelompok, ya sesimple karena orangnya resek aja :)

"Membesarkan anak membuka tingkatan tertinggi setiap perasaan manusia. Memiliki anak seperti 'membuka kunci' (unlock) pada pengalaman manusia yang lebih tinggi. Minimal untyk saya. Jadi buat apa punya anak? Jawaban saya sekarang adalah karena itu memberi pengalaman manusia pada dimensi yang berbeda. Ada begitu banyak pelajaran hidup yang aksesnya eksklusif hanya untuk orangtua. Seluruh emosi dan rasamu akan teramplifikasi pada intensitas yang belum pernah kamu alami sebelum mempunyai anak. Dan, mungkin inilah yang bisa kamu berikan kepada anakmu nanti. Pengalaman rasa dan emosi manusia yang tak terperi, yang hanya bisa diberikan orang tua pada anaknya."

Jujur, bab ini indah banget. Sebuah alasan yang indah mengapa seseorang ingin memiliki anak. Om Piring memberikan contoh bahwa perasaan sayang, takut, bangga, sedih, marah, yang selama ini pernah muncul dalam hidup kita akan kalah intensitasnya dengan perasaan sayang, takut, bangga, sedih, dan marah yang akan terjadi dalam hubungan orang tua dan anak. Banyak perasaan dan pengalaman yang akan kita rasakan, hanya saat kita menjadi orang tua. Dan hal itu datang dengan sebuah tanggung jawab yang sangat besar, sehingga harus dipkirkan dengan sangat matang alasan seseorang ingin memiliki anak. 

"Jangan mengira sebuah peristiwa hidup 'selesai' pada saat tertentu, walau mungkin tampaknya demikian. Ada reaksi berantai yang mungkin berlanjut panjang, dan konsekuensinya bisa sampai 1 tahun, 10 tahun, bahkan 100 tahun dari sekarang. Jika kamu sedang merasa di titik terendah, atau tertimpa cobaan yang berat, mungkin membantu untuk memikirkan bahwa ini hanya satu episode hidup, dan kita tidak pernah tahu kesusahan hari ini mungkin perlu untuk kebaikan pada masa depan. Salah satu masa terendahmu justru melahirkan buku dengan penjualan terbaikmu! Jika kamu sedang merasa tinggi di puncak, untuk selalu mawas diri. Episode ini pun hanya konsekuensi dari banyak faktor, jadi jangan jemawa. Bersyukur, dijalani, tetapi tetap waspada. Kamu tidak pernag tahu bahwa sesudah ini mungkin ada cobaan yang menanti jika salah langkah."

Di usia 20-an ini, banyak hal yang terjadi dengan berbagai episode yang menyenangkan, serta berbagai episode yang menyedihkan. Dan itu suatu hal yang harus kita sadari, bahwa setiap episode itulah yang membentuk kita sampai hari ini. Satu episode buruk sebaiknya tidak membuat kita bahwa banyak episode menyenangkan juga yang pernah, sedang, dan akan terjadi. Jalani dan syukuri untuk semua episode itu. Pikirkan juga setiap keputusan penting dalam hidup kita, karena satu episode, bisa terjadi karena keputusan di episode sebelumnya, dan bisa terjadi di episode selanjutnya.

"Semakin kamu mengejar kebiasaan dan tidak sukses berupa hasil akhir saja, secara common sense kamu tahu bahwa kebiasaan yang baik akhirnya mendekatkan ke sukses . Yang rutin berolahraga logikanya lebih dekat ke tujuan kesehatan. Yang rajin berinvestasi dan menabung akan lebih dekat ke tujuan finansial, dan seterusnya. Walau tetap tidak ada jaminan. Kerjarlah proses. Jika Semesta melihat konsistenmu mungkin Ia akan tergerak dan menganugerahkan sukses kepadamu. Namun, jika tidak pun, kamu sudah punya alasan untuk bangga atas dirimu sendiri."

Usia 20-an hadir dengan banyak ambisi dan tujuan-tujuan. Ingin ini, ingin menjadi itu, dan banyak keinginan lainnya, baik yang terwujud maupun belum terwujud. Mungkin yang membuatnya terasa berat adalah karena kita terlalu berfokus pada tujuan, sehingga dalam prosesnya, kita terus menunggu dan mengevaluasi sudah seberapa dekatkah kita dengan tujuan tersebut. Poin disini menjelaskan untuk fokuslah pada proses, pada kebiasaan yang dibangun untuk mencapai tujuan tersebut. Fokuslah ke bangun lebih pagi, fokuslah ke olahraga 30 menit setiap hari, fokuslah pada makanan sehat yang kita berusaha konsumsi, dan berbagai proses yang kita jalani untuk memiliki gaya hidup yang lebih baik. Dan tidak perlu tujuan kita tercapai untuk berbangga hati, cukup dengan menjalani kebiasaan dan menikmati prosesnya. Karena kembali ke Filosofi Teras, yang berada dalam kontrol kita adalah usaha yang kita lakukan, sementara hasil akhir, berada di luar kontrol kita. 

"Dalam hidup kamu akan berkenalan dengan orang-orang yang sangat mudah ilfeel dengan orang lain. amati mereka. Betapa hidup menjadi sangat tidak menyenangkan, karena setiap orang yang mereka temui adalah orang-orang yang 'nyebelin' , 'egois' , 'katrok' , 'garing' , 'kampungan' , tanpa ada kualitas positif lain. Please jangan menjadi seperti itu. Selalu sisakan pikiran bahwa orang di hadapamu pasti memiliki hal-hal positif lain, dan hampir pasti tidak buruk semuanya."

Bahasan ini sebenarnya cukup ringan dibanding poin-poin lain di atas, tapi membuat gue teringat betapa gue selalu bersyukur bahwa salah satu hal yang membuat hidup gue sangat menyenangkan adalah karena gue dikeliling oleh orang-orang yang 'baik', 'menyenangkan', 'lucu', 'supportif', 'passionate', dan lainnya.  Setelah gue sadari lagi, orang-orang tersebut bukannya tidak memiliki sisi 'nyebelin', 'egois', atau 'garing' seperti yang dibahas di atas. Mungkin gue mengaggap mereka 'baik' dan 'menyenangkan' karena kualitas itulah yang menjadi highlight gue dari orang-orang di sekeliling gue. Mungkin ada sisi negatif, gue pun juga pasti banyak memiliki sisi itu, namun bukankah tidak ada orang yang tidak memiliki sisi negatif? Terus mencari orang yang tidak memiliki sisi negatif, hanya akan membuat kita menjadi pribadi yang arogan dan tidak memiliki teman, yang akhirnya berujung ke kesepian.  

'So, go ahead my younger self. Kamu akan tetap melakukan kesalahan pada hari-hari ke depan, bahkan dengan semua pelajaran yang telah kamu dapatkan. Kamu akan merasa dungu dan malu. Nikmatilah itu semua, karena itu menandakan kamu masih manusia, bukan artificial intelligence yang tunarasa."

Ah, berlinang sedikit dan langsung ngomong ke diri sendiri : nikmati semua ketakutan, keraguan, kegagalan yang saat ini, atau yang nanti akan lo alami, Dis. Jatuh, bangkit lagi. Gagal, coba lagi. Seberapa kita merasa sudah mempersiapkan diri dengan banyak hal, selalu milikilah ruang untuk menerima bahwa diri kita memang tidak sempurna, dilengkapi dengan banyak ketidaktahuan. Namun tidak ada yang sia-sia, apa yang terjadi di usia 20-an ini akan menjadi bekal yang kita bawa di usia 30, 40, dan seterusnya. Keep going, Adis!

Membaca buku ini seperti tidak sengaja bertemu dengan bapack-bapack di warung kopi, dan mengobrol banyak tentang kehidupan. Obrolan ringan, yang dilengkapi banyak moment gue mengangguk-angguk tanda setuju dengan apa yang Om Piring ceritakan. Kalau kalian sendiri, kira-kira pesan apa yang mau disampaikan ke kalian di usia awal 20-an? Share di kolom komentar yaa! Happy reading, and let me know what you're thinking! 

No comments:

Post a Comment