Hi, Insight Seekers!
Welcome to the new section ; #WrittenbyDis , dimana dalam section ini, gue akan berbagi tentang proses gue dalam membuat sebuah puisi. Seperti proses kreatif lainnya, dalam menulis sebuah puisi pun, inspirasi bisa didapatkan dari mana saja. Memang, pengalaman pribadi memberikan kontribusi terbesar dalam penulisan banyak puisi gue, tapi gak jarang, gue mendapat inspirasi dari cerita orang lain, atau interaksi orang lain yang gue lihat sehari-hari.
Puisi yang gue akan bagikan dalam postingan ini terinspirasi dari trend yang cukup sering gue lihat di explore Instagram gue ; I Met My Younger Self for Coffee, yang kemudian dibahas lebih detail dalam salah satu episode dari Podcast Ruang Tunggu : Semalam, Aku Ngopi Bareng Diriku yang Lebih Muda . Di 10 menit terakhir podcast tersebut, dr.Andreas dan istrinya, Sora Tan membahas tentang menulis surat untuk diri kita yang lebih muda, kemudian dr.Andreas memberikan langkah-langkah yang cukup detail tentang bagaimana cara menulis surat tersebut. Gue langsung mengambil buku catatan dan sebuah pulpen sambil mencoba mempraktekan apa yang dikatakan dr.Andreas ;
Pertama, tentukan dulu diri kita versi umur berapa yang ingin kita temui. Gue memutuskan untuk bertemu Adis di Usia 17.
Lalu anggaplah kita masuk dalam sebuah ruangan, melihat dia yang telah menunggu. Gue mencoba untuk memvisualkan Adis di Usia 17, bagaimana rambutnya saat itu, cara berpakainnya, senyumnya, sampai akhirnya gue benar-benar merasa bertemu dengannya.
Duduk dan berceritalah.
Tanpa terlalu lama berfikir, selembar kertas dari buku catatan gue pun sudah penuh dengan kata-kata dan banyak coretan.
Untuk Aku, Di Usia 17
Ku buka lagi album foto itu
Tak terasa sudah 10 tahun berlalu
Usia 17 dengan seragam putih abu
Ada tawa dan mimpi yang menggebu
Ingat saat semua terasa tak tergapai
Kini sebagian, telah bisa kita capai
Dulu kita hanya bisa berandai andai
Kini banyak cerita bisa kita bingkai
Dia yang pernah bertahun menemani
Kita baik saja walau dia tak lagi di sini
Mereka yang dulu jadi tempat berbagi
Jadi alasan ku percaya, arti kata sejati
Terima kasih untuk semua pelajaran
Kini ku tukar dengan beribu kenangan
Walau hidup tidak selalu terasa ringan
Percayalah, ku buat tetap menyenangkan
Ah, rasanya seperti gue memberikan 'laporan pertanggung-jawaban' untuk Adis di usia 17. Tentang mimpi-mimpi yang satu demi satu bisa tercapai. Walau tentunya, tidak sedikit juga yang gagal, atau terlupakan begitu saja. Lalu tentang orang-orang yang dulu pernah menemani, ada yang memulih pergi, tapi banyak juga yang masih selalu jadi tempat berbagi. Dan gue sangat bersyukur untuk semuanya.
Terakhir, gue berterima kasih karena gue tau seberapa keras usaha yang sudah ia lakukan untuk gue saat ini. Banyak hal yang gue nikmati sekarang, adalah buah dari apa yang dia lakukan dulu, baik untuk dirinya sendiri, ataupun untuk orang di sekitarnya. Gue juga ingin dia tahu, walau kehidupan usia akhir 20-an ini cukup berbeda dengan kehidupannya dulu, namun gue tetap bisa menjalakannya dengan senang hati, sama seperti bagaimana dia menjalaninya 10 tahun yang lalu.
Lucu ya, section ini seperti membuat tulisan dibalik tulisan gue. Kalau kalian sendiri, kira-kira apa yang ingin disampaikan jika bertemu dengan diri kalian versi lebih muda? :)
No comments:
Post a Comment