Hi, Experience Seekers!
Di postingan kali ini gue akan share tentang destinasi yang begitu special buat gue, sebuah wishlist yang sudah ada sejak lama dan sampai saat ini menjadi destinasi yang selalu gue rekomendasikan. Singkat cerita, gue ingat di awal masa kuliah gue, jauh sebelum gue suka traveling, gue sangat ingin berkunjung ke Pulau Komodo. Lalu di tahun 2016, gue mengikuti kegiatan volunteer dan gue memiliki adik angkat yang berasal dari Kabupaten Manggarai, yang merupakan tempat dimana Pulau Komodo berada. Setelah itu gue mulai mengulik lebih banyak informasi dan menjadikan Labuan Bajo, yang merupakan pintu awal untuk menuju Taman Nasional Komodo, menjadi destinasi yang harus gue datangi. Pada Desember 2019, gue dan sahabat gue, Ayu, sempat membeli paket trip ke Labuan Bajo, dengan harga promo yang cukup murah dan dapat gue gunakan sepanjang 2020 -- sayangnya, covid melanda dan paket yang sebenarnya bisa diperpanjang sepanjang 2021 itu harus kami relakan.
Waktu berlalu sampai kami harus menunggu 4 tahun kemudian, dimana akhirnya kami mendapat waktu yang begitu sempurna untuk pergi kesana. Saat kami bisa cuti hampir 1 minggu bersamaan, di hari ulang tahun gue ke 27 :) Dibanding dengan 4 tahun lalu, pastinya saat ini kami lebih bisa fleksibel dalam mengatur waktu dan budget untuk merencanakan trip yang jauh lebih nyaman. Trip ke Labuan Bajo ini berdurasi 6 hari dimana 3 hari 2 malam gue ikut open trip dari Indietravel , dan sisanya dihabiskan dengan staycation dan berkelilig sekitar Labuan Bajo. Di postingan kali ini, gue akan bahas seputar open trip nya dulu, ya! Staycation dan topik lainnya akan gue bahas di postingan selanjutnya!
Selama 3 hari 2 malam open trip di Bajo, gue tinggal di phinisi bersama sekitar 15 orang anggota trip dan awak kapal. Salah satu hal yang harus segera dibook ketika kalian ingin open trip ke Labuan Bajo adalah tipe phinisi yang kalian inginkan. Jika sudah memilih phinisi, kalian juga akan memilih tipe kamar baik private ataupun digabung dengan peserta lain, dengan kamar mandi private atau sharing, dan lain-lain. Setelah membandingkan cukup banyak phinisi dan mempertimbangkan dengan budget yang gue miliki, gue memilih IndieTravel Std VI Master Cabin dengan harga Rp 3.375.000 / pax, untuk master bedroom dengan private balcony, namun kamar mandi di luar berbagi dengan peserta yang lain.
Di hari pertama, masing-masing peserta trip dijemput di Bandara Internasional Komodo, atau hotel di sekitar pelabuhan, dan menuju ke phinisi. Setelah briefing dari kru trip dan perkenalan singkat semua peserta trip, phinisi pun berjalan ke berbagai destinasi seperti Taka Makassar, Kelor Island, Pink Beach, dan lainnya. Sebenarnya sudah ada itinerary setiap hari nya, namun terkadang karena faktor cuaca, ataupun kondisi keramaian di masing-masing destinasi, itinerary tersebut bisa berubah. Trip gue memilih untuk tidak ke Kelor terlebih dahulu seperti yang sebelumnya ada itinerary, karena kondisi disana sangat ramai. Jujur, awalnya terasa gak biasa ya tinggal di atas phinisi. Cukup terasa terombang-ambingnya, ditambah ketika sedang makan, atau sedang berada di kamar mandi. Hari pertama gue mengalami sedikit mabok laut dan memilih cukup banyak istirahat di kamar. Perjalanan memakan waktu beberapa jam sampai akhirnya tiba di Taka Makassar. Wah, indah banget? Gradasi warna yang sempurna, ditambah pemandangan bawah laut yang dinikmati saat snorkeling disana. Kami juga sempat melihat penyu, dan beberapa peserta trip mencoba untuk berenang bersama penyu. Kami menghabiskan waktu di phinisi dengan saling mengobrol, karoke, makan bersama dan berbagai aktivitas lainnya. Sepanjang perjalanan di phinisi, kami benar-benar disuguhkan dengan pemandangan yang begitu indah.
Hari pertama berakhir dengan briefing singkat, karena hari kedua akan dimulai dini hari dimana kita akan menuju Pulau Padar, yang menjadi salah satu icon trip ke Labuan Bajo. Setelah sampai di Pulau Padar sekitar jam setengah 4 pagi, peserta akan trekking singkat sekitar 30-45 menit menuju ke puncak Pulau Padar dan menununggu matahari terbit disana. Untuk trek nya sendiri cukup mudah kalau kalian sudah terbiasa trekking, namun harus berhati-hati karena kondisi jalanan cukup gelap. Kondisi di Pulau Padar cukup ramai, dan trip gue standby di salah satu spot yang indah pemandangan sunrise nya. Matahari perlahan mulai terbit, dan wah, ini moment pertama gue menitikan air mata di trip ini :") Hahaha jujur banget, cukup banyak moment gue menitikan air mata selama di Bajo. Peserta trip diberikan waktu untuk menikmati sunrise, lalu berfoto bergantian berlatarkan pemandangan khas Pulau Padar. Setelah menghabiskan waktu di spot tersebut, peserta kembali ke Phinisi untuk menikmati sarapan sebelum menuju destinasi selanjutnya. Pemandangan sepanjang perjalanan kembali ke phinisi benar-benar memanjakan mata.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke salah satu pantai untuk menikmati pemandangan sore, sambil menunggu waktu sunset di Kalong Island, yang merupakan pulau kecil tak berpenghuni, yang menjadi habitat jutaan kelelewar / kalong. Saat sunset, ribuan kelelawar beterbangan untuk mencari makan, seperti buah-buahan dan nektar bunga. Kalau gue harus memilih salah satu moment magical dari trip Bajo ini, gue akan menjawab sunset di Kalong Island ini, yang membuat gue menitikan air mata saking indahnya. Apa yang ada di foto yang ditangkap dengan kamera sebagus apapun, masih sangat jauh dari pemandangan asli yang ditangkap oleh mata secara langsung. Gue sempat ngobrol juga dengan guide trip gue, kalau cukup banyak phinisi yang sayangnya, harus melewatkan moment ini karena phinisi terlambat sampai ke Kalong Island.
Kami menghabiskan cukup banyak waktu di Kalong Island sebelum akhirnya kembali melanjutkan perjalanan. Di malam terakhir ini, ikatan di antara peserta trip semakin terjalin. Kami menghabiskan waktu untuk makan malam bersama, diiringi oleh kru kapal yang bernyanyi bersama. Tiba-tiba tanpa gue sadari terdengar lagu yang sudah sangat familiar, Jamrud - Selamat Ulang Tahun. Kaget banget tiba-tiba kru kapal membawa kue untuk gue, dan salah satu peserta trip yang ternyata berulang tahun juga tanggal 30 Juli. Kami pun tiup lilin, bernyanyi, lalu berfoto bersama. Setelah semua makanan dibereskan, kami menutup malam terakhir dengan menarikan tarian Maumere, yang pasti kalian sudah familiar. Putar ke kiri e, Nona manis putarlah ke kiri, Ke kiri ke kiri ke kiri dan ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri manis e. Ah, kami menari di atas phinisi sambil dikelilingi pemandangan laut di malam hari. Gue tidak bisa memasukan foto-foto kebersamaan kami, tapi gue harap gue cukup baik dalam mendeskripsikan kehangatan yang kami rasakan di malam tersebut.
Hari ketiga perjalanan dilanjutkan menuju Pulau Kalor, yang seharusnya menjadi destinasi di hari pertama. Disini juga kami harus trekking singkat, lebih singkat dan lebih mudah dibanding dengan Pulau Padar, tentunya. Pemandangan laut dari atas memang selalu mengesankan. Destinasi terakhir kami adalah menikmati keindahan bawah laut di Pulau Manjarite. Kami bersantai di pinggir pantai sambil menikmati pemandangan sebelum trip ini segera berakhir. Dari semua keindahan yang kami dapatkan, sayang sekali kami tidak bisa berkunjung ke Pulau Kanawa, yang padahal gue tau itu indah sekali. Tapi, namanya juga traveling ke alam, banyak hal yang tentunya tidak bisa kita kontrol. Trip pun selesai dan kami ke pelabuhan untuk melanjutkan perjalanan masing-masing.
No comments:
Post a Comment