Hi, Insight Seekers!
When a book feels like a hug.
Satu kalimat yang menggambarkan perasaan gue ketika membaca buku karya dr. Andreas Kurniawan, Sp KJ. Buku ini sama sekali tidak bertujuan untuk mengajarkan kita bagaimana seharusnya orang berduka, apalagi cara menghilangkan duka. Dalam 191 halaman, buku ini menemani kita berduka. Buku ini menemani kita berduka, sejak Dua Puluh Empat Jam Pertama – lalu masa-masa kita bertanya Sampai Kapan Kamu Mau Berduka – kembali menjalani Hidup Terus Berlanjut, Katanya – hingga mulai mengalami Tawa Pertama Setelah Duka dan memulai hidup dengan Normal Baru yang Asimetris.
Buku ini berisi bagaimana dr. Andreas memroses dukanya saat kehilangan ayah & anaknya, Hiro. Walau buku ini tentang berduka, percayalah dr Andreas berhasil mengemasnya dengan sangat ringan, indah, dan realistis. Banyak juga humor yang diselipkan dalam setiap topiknya. Buku ini paket lengkap yang akan membawa kita menangis, tertawa, dan yang paling penting, membawa kita bersyukur. Bersyukur akan hidup, dan bersyukur pernah diberi kesempatan untuk pernah menjalani hidup bersama orang-orang yang sudah terlebih dulu pergi. Sangat wajar & layak buku ini mendapat predikat Mega Best Seller & penghargaan sebagai Book of the Year dalam IKAPI Awards 2024.
“Kenapa cuci piring? Apa hubungan duka dengan cuci piring?” Pertanyaan yang pasti ditanyakan ketika kita pertama kali melihat judul buku ini. Pertanyaan yang dijawab dengan sangat indah, dr.Andreas menganggap duka itu seperti cuci piring, tidak ada orang yang mau melakukannya, tapi pada akhirnya seseorang perlu melakukannya.
Insights!
"Ini bukan tentang membuat pilihan paling benar, melainkan membuat sebuah pilihan dan meyakinkan diri bahwa inilah pilihan yang cukup benar untuk diambil saat itu."
Potongan kalimat ini dapat dibaca di salah satu bab favorite gue, Tenang Saja Kamu Pasti Menyesal. Satu bab yang membahas tentang penyesalan, yang seringkali menjadi berujung ke rasa marah pada diri sendiri. Dalam hidup ini kita seringkali kita sulit untuk mengambil pilihan karena takut akan menyesal, takut salah, takut dengan konsekuensinya. Tapi percayalah, apapun pilihan yang kita ambil, pasti akan ada penyesalan itu. Rasa penyesalan dan bersalah itu akan hadir setelah kita melihat hasil dari pilihan kita yang terkadang tidak selalu sesuai dengan keinginan kita. Padahal, hasil dari pilihan yang tidak ambil, belum tentu akan memberikan hasil yang sesuai dengan keinginan kita, kan?
"Ingat bahwa apa yang hilang bisa diganti, tapi tidak selalu harus diganti. Kehilangan seorang pasangan bukan berati kamu harus menggantinya dengan pasangan lain. Kehilangan seorang anak bukan berarti sepasang orang tua perlu segera merencanakan program hamil lagi. Tapi, rasa sepi, rasa sendiri, rasa tidak berdaya, rutinitas, itu yang bisa – dan perlu – diganti"
:") Move on bukanlah tentang melupakan seseorang dan menggatinya dengan orang lain sesegera mungkin. Tidak akan mudah, dan bahkan ada yang tidak mau untuk melakukannya. Dan tidak apa-apa untuk itu. Tapi yang harus kita sadari, perasaan dan rutinitas yang bisa diganti. Rasa sepi dan rasa sendiri bisa diganti dengan rasa nyaman untuk membuka diri dan berbagi lagi. Rasa tidak berdaya bisa diganti dengan rasa optimis untuk kembali melanjutkan hidup. Rutinitas mengurung diri dan tidak ingin melakukan apa-apa bisa diganti dengan keinginan untuk kembali melanjutkan mimpi. Dan semua ini bisa dilakukan tanpa menghilangkan orang tersebut di hati kita.
"Di dunia yang terus berlanjt ini, apakah orang-orang tahu bahwa aku sedang berduka? Apakah mereka tahu bahwa aku baru saja kehilangan ayah? Apakah mereka tahu bahwa aku adalah orang paling bersedih di gerbong ini?
Lalu, pertanyaannya berbalik padaku: memangnya kamu tahu apa yang mereka alami? Apakah mungkin di gerbong yang sama denganku ini ada seseorang yang baru saja kehhilangan ayah atau ibunya? Ibu yang tampak diam di depanku ini, mungkinkah dia baru saja mengalami keguguran dan tidak ada seorang pun yang tahu? Adakag orang yang baru saja bercerai dari pasangannya dan ini adalah hari pertama dirinya melangkah tanpa pasangan? Dari mana aku bisa yakin bahwa aku adalah orang paling bersedih di gerbong ini? "
Sedih adalah perasaan yang wajar bagi setiap orang, namun pada akhirnya hidup tetap berlanjut, peran dan tanggung jawab kita pun juga kembali berjalan. Kita tidak bisa berahap semua orang akan terus mengerti dan memaklumi kita karena kita sedang bersedih, karena siapa yang tahu juga kalau orang yang kita harapkan untuk mengerti dan memaklumi kesedihan kita, juga sedang bersedih? Poin ini juga dapat menyadarkan kita, bahwa setiap orang mengalami banyak hal yang kita tidak ketahui. Setiap orang memiliki masalah, dan itu bukanlah sesuatu yang harus dibanding-bandingkan. Janganlah merasa bahwa kita adalah orang yang paling bersedih, atau kita adalah orang yang memiliki masalah paling berat. Poin ini ditutup oleh dr Andreas dengan sebuah kutipan : Berbuat baiklah, karena semua orang yang kamu temui menjalani pertempuran yang tidak kamu ketahui.
"Dia memberi ruang pada duka tersebut untuk tetap ada, dan untuk mmperluas wadah dirinya, dia mengisinya dengan hal-hal lain. Tentu saja, sesekali dia masih melihat keberadaan duka sebesar bola basket tersebut, tapi dia memutuskan untuk merelakan, membiarkannya tetap ada di situ. Dia mengisi dengan bola laon, dengan tembikar, dengan makanan, dengan bunga, dan dengan lembutnya matahari terbenam. Maka, inilah yang menjadi misi kita: bukan mengecilkan bola basketnya, tapi memperluas wadah yang menampungnya. Apabila dalam proses menjalani berbagai pengalaman tersebut, kita bisa mengisi wadah itu dengan barang lain, maka itu menjadi bonus yang luar biasa."
Inilah yang dimaksud dengan duka nya tidak berkurang, ia masih di situ dan masih sebesar itu, namun hati kita, sebagai wadahnya, yang bertambah besar. Hati kita tidak lagi hanya berisi duka tersebut, seiring waktu berjalan, kita mengisinya dengan berbagai hal lainnya sehingga duka-yang -pada-dasarnya-tetap-sebesar-itu, menjadi terasa tidak lagi sebesar itu. Gue selalu suka dengan bagaimana dr. Andreas bisa memberikan banyak analogi yang membuat semua hal ini menjadi lebih mudah diterima dan dimengerti.
"Topik terakhir yang kami angkat adalag tentang suasana pengunjung yang kami iniginkan. Entah mengapa, kami bertiga sepakat bahwa kami memaklumi adanya kesedihan, tapi kami lebih berharap bahwa mereka mengalami suasana yang menyenangkan, walau itu tidak mungkin. Setidaknya, jangan terlalu lama bicarakan tentang penyakit atau penyebab meninggalnya kami. Bicarakanlah tentang hal berkesan yang diingat tentang hidup kami. Bicarakanlah tentang pertemuan pertama kami dan kesan pertama yang didapatkan. Bahkan, tertawalah akan hal lucu yang pernah terjadi. Saling menghibur dan bercandalah, walau kami tahu itu tidak mungkin. Dan pada akhirnya, kami ingin mereka segera lanjutkan hidupnya lagi seperti biasa."
It's just.... so beautifully written :") Topik tentang mempersiapkan kematian selalu dirasa 'dark' dan menakutkan, tapi dr. Andreas dapat mengemasnya dengan begitu indah. Ia dan istrinya membahas tentang rumah duka mana yang ingin mereka pilih, pakaian yang akan kenakan untuk terakhir kalinya, hingga lagu yang ingin dimainkan saat di pemakamannya nanti. Terakhir, mereka mendiskuiskan tentang suasana pengunjung, yang membuat gue menitikan air mata sambil berfikir, "iya juga ya". Kita selama ini mempersiapkan begitu detail tentang konsep pernikahan yang kita inginkan, namun hampir tidak pernah gue mendengar ada orang yang mempersiapkan konsep pemakamannya. Terkait suasana pemakaman tadi, gue pun juga jadi berfikir dan mengharapkan hal yang sama jika nanti saatnya tiba. Keluarga, sahabat, dan teman-teman gue untuk bisa mengunjungi gue untuk terakhir kalinya dengan senyum dan tawa, persis seperti bagaimana mereka bertemu gue selama ini. Kalau kalian nanti jadi salah satunya, please remember this, kalian pasti tahu persis betapa gue sangat suka bercanda, kan? :D
Jujur masih banyak banget insight menarik dalam buku ini. Bukan cuma tentang menghadapi duka, tapi bisa diimplementasikan untuk menjalani hidup secara keseluruhan. Kalau kalian sudah baca buku ini, share di kolom komentar ya, I'd be happy to read! Kalau belum baca, please do, I highly recommend this book! Karena gue sesuka itu sampai terus merekomendasikannya ke banyak orang. Happy reading, let me know what you're thinking!
No comments:
Post a Comment