Hi, Insight Seekers!
Well, Attachment Theory itu sendiri menjelaskan bagaimana seseorang memandang "intimacy" dalam sebuah hubungan, dan bagaimana pengaruhnya terhadap hubungan tersebut. Sebenarnya intimacy ini dapat ditemukan di berbagai hubungan seperti pasangan, keluarga, ataupun teman. Namun untuk lebih spesifik, buku ini lebih berfokus ke hubungan 2 orang dewasa sebagai satu pasangan. Buku ini membagi manusia ke dalam 3 attachment style ; Secure, Anxious, & Avoidant. Di chapter awal buku ini, akan ada quick-test untuk mengenal kira-kira apa ya attachment style kita & pasangan kita (if any, lol). Kita juga belajar dari berbagai case dalam sebuah hubungan yang sebenarnya akarnya adalah attachment style dari masing-masing orang itu sendiri. Ternyata, seseorang bisa menjadi "sangat annoying" atau "sangat jahat" jika dilihat dari sudut pandang orang yang memiliki attachment style yang berbeda.
Chapter berikutnya akan lebih membahas lebih detail masing-masing attachment style, walau memang buku ini terasa lebih fokus untuk kalian yang memiliki attachment style Anxious. Buku ini juga cenderung bias karena hampir semua case yang ada di buku ini menempatkan si Anxious sebagai korban, dan si Avoidant sebagai orang jahat dalam suatu hubungan. Padahal kalau menurut gue, tidak ada yang lebih benar atau lebih salah antara Anxious dan Avoidant. Tidak ada yang baik ataupun lebih jahat dari keduanya. Gue berharap menemukan case yang menggambarkan kalau si Avoidant bisa berperan sebagai pihak yang lebih mencitai, atau pihak yang justru disakiti di dalam sebuah hubungan. Menuut gue, terkadang Avoidant hanya tidak tahu atau tidak terbiasa dalan menunjukan perasaannya. ( At least that's what I feel as an avoidant, I can love someone wholeheartedly but the way I express it doesn't make my partner feel that way ). Atau entahlah, mungkin memang dari kacamata orang lain, Avoidant memang semenyebalkan itu :) Bias lainnya adalah cukup banyak case yang mengarahkan Anxious pada wanita dan Avoidant pada pria. Kenyataannya, gue rasa banyak juga wanita yang Avoidant dan pria yang Anxious.
Dalam chapter selanjutnya, kita akan mengenal The Anxious-Avoidant Trap, kondisi dimana terdapat 2 attachment style yang bertolak belakang dalam sebuah hubungan. Menarik juga melihat banyak contoh masalah yang bertambah besar, bukan karena masalahnya itu sendiri, tapi karena berbeda Attachment Style yang akhirnya memengaruhi cara penyelesaian dalam menghadapi masalah. Lalu buku ini mengajarkan kita untuk pribadi yang lebih secure, salah staunya dnegan berkomunikasi dengan efektif. Gue suka bagaimana buku ini tidak mengajarkan kita untuk menghadapi si Anxious, atau menghadapi si Avoidant. Melainkan setiap individu yang harus berubah untuk menjadi Secure. A healthy relationship must be built by 2 people who are willing to learn to be a secure individual.
Terlepas dari beberapa hal bias tadi, jujur gue membaca buku ini dengan banyak keingintahuan. Gue membaca dengan membuka hati dan membuka pikiran, sehingga buku ini tetap terasa seru walau serasa "ditegur" habis-habisan oleh buku ini. Epilog buku ini membahas tentang salah satu film favorit gue, 500 Days of Summer. After reading this book, that movie was no longer about the miserable guy & the ignorant girl. It was about the anxious & the avoidant.
Insights!
"If you have an anxious attachment style, you possess a unique ability to sense when your relationship is threatened. Even a slight hint that something may be wrong will activate your attachment system, and once it's activated, you're unable to calm down until you get a clear indication from your partner that they are truly there for you and that the relationship is safe."
"People with anxious attachment style tend to jump to conclusions very quickly, and when they do, they tend to misinterpret people's emotional state. If you just wait a little longer before reacting and jumping to conclusions, you will have an uncanny ability to decipher the world around you and use it to your advantage. But shoot from the hip, and you're all over the place making misjudgement and hurting yourself."
Inti dari anxious attachment style adalah mereka selalu merasa bahwa hubungan mereka berada di dalam 'danger zone'. Mereka juga mudah mengasumsikan dan menyimpulkan segala sesuatu tanpa berfikir panjang. Hal kecil yang berbeda dari biasanya akan dianggap sebagai sebuah ancaman bagi hubungan mereka, dan mereka harus segera memperbaikinya. Ini lah yang pada akhirnya membuat mereka selalu merasa khawatir, dan terus mencari jawaban untuk mengatasi rasa khawatirnya.
"A strong belief in self-reliance can be more of a burden than an asset. Many avoidants confuse self-reliance with independence. Even though it's important of us to be able to stand on our feet, if we overrate self-reliance, we diminish the importance of getting support from other people, thus cutting ourselves off from an important lifeline. "
"Another problem with self-reliance is the "self" part. It forces you to ignore the needs of your partner and concentrate only on your needs, shortchanging you one of the most rewarding human experiences. It prevents you (and the person you love) from the joy of feeling something bigger than yourself."
Sementara untuk seorang Avoidant, mereka terlalu menganggungkan kemandirian. Mereka merasa bahwa intimacy dalam sebuah hubungan akan membuat mereka kehilangan kemandirian dan bergantung pada orang lain. Kemandirian ini juga membuat mereka menghindari orang lain untuk bergantung pada mereka, termasuk pasangan mereka sendiri. Inilah yang akhirnya membuat mereka selalu menghindari "intimacy" dan memberikan jarak setiapkali menjalin hubungan.
"Perhaps one of the most intriguing findings in adult relationship research is that attachment styles are stable but plastic. This means that they tend to stay consistent over time, but they can also change."
"Attachment research shows that people tend to become more secure when they are in relationship with someone secure. But there is also hope for couple's future when neither partner is secure."
Dalam buku ini juga dijelaskan kalau sebenarnya attachment style itu sendiri dipengaruhi oleh banyak hal, termasuk cara didik orang tua semasa kecil. Namun hal ini sangat bisa untuk diubah seiring banyaknya hal yang terjadi, serta hubungan yang dijalin saat dewasa. Menjalin hubungan dengan seseorang yang Secure, juga dapat membantu kita menjadi pribadi yang lebih Secure, lho.
"Security is not only about tacking problems in your relationship; it's also about having fun together."
"When you build a secure relationship, both individuals win."
Pada akhirnya, yang kita inginkan dari sebuah hubungan yang sehat adalah rasa aman dan nyaman antara satu sama lain. Dalam hubungan yang sehat, kedua orang dapat menghabiskan waktu dengan banyak hal menyenangkan, tanpa kehilangan diri mereka sendiri. Bukan berarti sama sekali tidak ada masalah, tapi menghadapi masalah tanpa ada yang menang atau yang kalah.
Cie. Postingan kali ini seperti relationship expert ya gue, padahal banyak banget nih PR nya si Avoidant garis keras ini :) How about you? Kira-kira apa Attachment Style kalian? Apakah ada pengaruhnya ke hubungan yang pernah atau sedang kalian jalani? Tertarik untuk lebih mengenalnya lewat buku ini? Well, Happy reading & let me know what you're thinking!
No comments:
Post a Comment